CERAMAH TARAWIH RAMADHAN
السلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
الحَمْدُ
لِلَّهِ الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا،
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا، وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا
وَقَمَرًا مُنِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ الله الَّذِي بَعَثَهُ بِالحَقِّ بَشِيْرًا وَ نَذِيْرًا، وَ
دَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَ سِرَاجًا مُنِيْرًا. اللهم صَلِّ عَلىَ
سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ آلهِ وَصحبِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُخْرُجُنِى بِهَا مِنْ ظُلُمَاتِ الوَهْمِ وَ
تُكْرِمُنِى بِنُوْرِ الفَهْمِز امين يا رب العالمين
اَمَّا
بَعْدُ:حَضْرَةَ المُكَرَّمِيْنَ وَ المُحْتَرَمِيْن رحمكم الله
Yang
kami hormati para alim ulama, tokoh masyarakat serta para hadirin yang
dimuliakan Allah Swt. Yang kami muliakan para tamu – tamu
Rasulullah, calon calon penghuni syurganya Allah Swt.
Dari hati yang
paling dalam marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah swt
Allah yang maha
satu tiada baginya sekutu, Allah yang maha Esa lagi perkasa, Allah yang maha
pemurah yang murahnya berlimpah ruah, Allah yang maha pengasih yang kasihnya
tak pilih kasih, Allah yang maha penyayang yang sayangnya tiada terbilang. Dimana pada detik ini masih menghamparkan
nikmat kepada kita, Alhamdulillah. diantaranya
adalah ni’mat iman dan Islam, ni’mat sehat walafiat, panjang umur, sehingga
kita dapat hadir ditempat yang insya Allah pernuh dengan berkah ini.
Mudah-mudah
kita semua yang hadir pada acara ini mendapatkan berkah, keluarga makin
sakinah, anak-anaknya jadi anak yang sholeh dan sholehah, rizikinya tambah
berkah, yang belum nikah mudah-mudahan cepet nikah, habis nikah beli rumah
mewah, mobil mewah, yang belum pergi haji umroh moga cepet bisa haji umroh ke
Mekkah, bisa ziarah kemakan Rasulullah di Madinah, mudah-mudah kita Istiqomah
sampai akhir hayat dan mati husnul
khotimah, Cuma satu kuncinya yaitu perbanyak amal ibadah dan perbanyak sedekah.
Amin ya Robbal Alamin.
WAKTU BERLALU BEGITU CEPAT,
tak terasa kita sudah berada di bulan
Ramadhan. Waktu yang cepat berlalu ini telah di prediksi
Rasulullah Saw dg sabdanya:
لَا تَقُوْمَ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ
الزَّمَانُ فَتَكُوْنَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَ يَكُوْنَ الشَّهْرُ كَالجُمُعَةِ
وَ تَكُوْنَ الجُمُعَةُ كَاليَوْمِ وَيَكُوْنَ اليَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَ تَكُوْنَ
السَّاعَةُ كَاخْتِرَاقِ السَّعَفَةِ
“Tidak akan tiba hari kiamat
hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan,
sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya
pelepah pohon kurma ‘dengan sangat cepat’ (HR.Ahmad dan Tirmizdi)
Tidak
terasa waktu dan umur terus berkurang untuk menuju kepada kematian. Dan ketika
tiba kematian seluruh manusia yang pernah hidup dimuka bumi ini akan menyesal. Termasuk
ahli ibadah sekalipun akan menyesal. Mereka akan berkata, mengapa ketika di
dunia tidak melakukan ibadah yang lebih banyak lagi sehingga bisa mendapatkan
surga yang lebih tinggi
dan indah lagi. Apalagi
orang-orang yang lalai,
orang yang tidak shalat, tidak puasa, tidak zakat, dan lain sebagainya, pasti
mereka akan lebih menyesal, terlebih lagi orang kafir yang memohon kepada Allah
agar dikembalikan lagi kedunia;
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ
رَبِّ ارْجِعُوْنَ
“Apabila datang kematian kepada
mereka, ‘mereka’ berkata,
“ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS. Al-Mu’minun : 99)
Ketika mereka
di adzab dengan adzab yang pedih, mereka memohon agar dikembaikan ke wujud asal
mereka yaitu sebongkah tanah.
وَيَقُولُ
الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً
“Berkata orang kafir: Alangkah baiknya seandainya dahulu
aku jadi tanah.” (QS.an-Naba’:40)
Tapi apa daya,
Allah sudah memberikan mereka peluang di dunia untuk beriman dan beribadah
kepadanya, tetapi mereka tidak mau beriman dan beribadah kepada-Nya.
فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ
الصَّالِحِينَ
“"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku (sebentar saja) agar aku
bhisa bersedekah dan
aku (ingin) menjadi orang
yang
saleh?"
Berapa banyak manusia yang sudah meninggal, di alam kubur mereka mengharap
kepada Allah Swt agar dihidupkan kembali kedunia hanya untuk bersujud kepada
Allah Swt walaupun sekejap saja. Tetapi, sungguh penyesalan sudah tidak lagi berguna. Sebesar apapun penyesalan yang mereka ungkapkan tidak akan mampu
merubah keadaan mereka pada hari itu.\
KEUTAMAAN BULAN SUCI RAMADHAN
Ramadhan ini adalah bulan yang di rindukan
kedatangannya dan di tangisi kepergiannya oleh Shahabat Nabi Muhammad Saw.
Kenapa? Karena pada hari – hari itu Allah melipatkan pahala kebajikan yang kita
kerjakan. Rasulullah Saw Bersabda:
مَنْ
تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا
سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ
فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt
dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan
suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka
nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan
Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Maka dari itu Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ
تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ
"Andaikan ummatku tahu apa yang
tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh
bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".
FARDU DAN SUNNAH
Imam al-Ghazali ra dalam kitabnya
yang bernama bidayatulhidayah mengatakan:
إعلم أن أوامر
الله فرائض ونوافل فالفرض هو رأس المال والنفل هو الربح
Yang artinya “Ketahuilah bahwa
perintah Allah swt itu terdiri dari yang wajib dan sunnah. Adapun wajib adalah modal, modal awal perdagangan,
sedangkan sunnah adalah keuntungan
Menurut Imam al-Ghazali ra: Ibadah
wajib jika diumpakan dengan perdagangan, maka ibadah wajib itu seperti modal
awal perdagangan sedangkan ibadah sunnah seperti keuntungan yang diraih dalam
menjalankan modal tersebut.
Contoh ibadah wajib seperti shalat
lima waktu, puasa Ramadhan, zakat mal dan zakat fitrah. Sedangkan ibadah sunnah
seperti sholat Dhuha, tahajud, witir, membaca al-Qur’an, dzikir, puasa senin
kamis, puasa nabi daud, sodaqoh dengan menyantuni anak yatim, kaum dhuafa,
menyumbang perbaikan jalan, masjid,sekolah,dsb.
Jika seseorang banyak melakukan
ibadah-ibadah sunnah maka banyak pula keuntungan yang akan ia dapatkan dan
sebaliknya semakin sedikit ibadah sunnah yang ia kerjakan maka sedikit pula
keuntungan yang akan ia dapatkan, bahkan jika tidak mengerjakan ibadah sunnah
sama sekali ia tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali.
Seseorang tidak mungkin mendapatkan
keuntungan jika modal yang diberikan selalu berkurang. Bagaimana mungkin
seseorang mengharapkan pahala sunnah atau mengharapkan keuntungan dari Allah
swt jika kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt selalu ditinggalkan.
Bagaimana mungkin seseorang mengharapkan pahala sunnah shalat dhuha jika shalat
subuh ditinggalkan. Bagaimana seseorang mengharapkan pahala puasa senin kamis
kalau puasa ramadhan ditinggalkan.
Seseorang tidak mungkin mendapatkan
keuntungan jika modalnya selalu berkurang atau mungkin habis. Yang ada ialah ia
harus terlebih dahulu menutupi modalnya baru setelah itu ia baru akan
mendapatkan keuntungan dari allah swt.
Maka dari itu Imam al-Ghazali
ra. membagi manusia menjadi 3 dalam
menjalankan perintah Allah swt :
Yang pertama adalah saalimun/
orang yang selamat yaitu orang yang hanya mengerjakan ibadah wajib saja. Yang
kedua adalah roobihun/ orang yang beruntung yaitu orang yang mengerjakan
ibadah wajib dan sunnah dan yang ketiga adalah khoosirun/ orang yang
rugi, yaitu orang yang meninggalkan ibadah wajib.
Imam al-Ghazali melanjutkan
tulisannya dalam kitabnya: “jika engkau
tidak menjadi orang yang beruntung atau roobihun yaitu orang yang mengerjakan
ibadah wajib dan sunnah maka berusahalah agar anda menjadi orang yang selamat,
yaitu orang yang hanya mengerjakan ibadah wajib saja”.
Mudah mudahan kita diberi kekuatan
oleh Allah swt untuk dapat menunaikan perintah-Nya baik yang wajib maupun yang
sunnah. Amin ya rabbal alamin.
Dalam
menghadiri setiap acara seperti maulid Nabi Muhammad saw ini (isro mi’roj,
nisfu syaban, nuzulul qur’an, muharroman, dll) sebaiknya kita tanamkan 3 niat didalam hati kita sebelum menghadiri
acara ini:
1.
RIDHO
ALLAH
ان صلاتى ونسكى
ومحياى ومماتى لله رب العالمين
2.
SILATURAHIM
عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ مُزَاحِمٍ ، فِي تَفْسِيرِ
هَذِهِ الْآيَةِ : يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ سورة الرعد آية
39 ، قَالَ : " إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصِلُ رَحِمَهُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ
عُمُرِهِ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ ، فَيَزِيدُ اللَّهُ فِي عُمْرِهِ ثَلَاثِينَ سَنَةً
، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْطَعُ رَحِمَهُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ عُمُرِهِ ثَلَاثُونَ
سَنَةً فَيَحُطُّهُ اللَّهُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ " .
Dulu pada zaman bani isroil ada orang yang umurnya tinggal tiga hari,
kemudian dia datang ke tetangganya, datang kesaudaranya dengan niat silaturhmi
maka di ditambah umurnya 30 tahun. Kemudian ada orang yang umurnya masih
ditetapkan 30 tahun tapi dia niat mutus silaturahim, bahwa saya bisa hiduop
sendiri tanpa bantuan orang lain, maka yang tadinya umurnya 30 tahun akhirnya
di pangkas jadi 3 hari.
Siapa diantara
kita yang ingin rizkinya dimudahan dan umurnya dipanjangkan oleh Allah?. Yang
tidak jawab berarti tidak mau rizki?
Kalau mau maka perbanyaklah silaturahmi.
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي
أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang
merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka
hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi),”
Hadits diatas menjelaskan tentang keutamaan
silaturahim dan larangan memutuskannya. Bila ingin rezeki dimudahkan dan usia
dipanjangkan maka hendaklah menyambung tali silaturahim.
Ada pertanyaan, bukankah usia dan rezeki telah
ditetapkan?. Para ulama menjawab: a) Penambahan itu hanya tampak bagi para
malaikat, di Lauhul Mahfudzh, dan selainnya. Di Lauhul Mahfuzh tertera umur
seseorang hanya enam puluh tahun sebelum melakukan silaturahmi, bila ia
bersilaturahmi maka umurnya ditambah empat puluh tahun. Hal ini diketahui Allah
sebelumnya, sebagaimana firman-Nya, “Allah menghapus dan menetapkan apa yang
Dia kehendaki, dan disisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauhul Mahfuzh),” (QS.
ar-Rad [13]: 39). Jadi, bagi ilmu Allah Swt penambahan di sini tidak ada,
bahkan mustahil, sedangkan di mata makhluk penambahan itu nyata dan bisa
dinalar. b) Orang mendapat pujian dan selalu dikenang setelah kematiannya,
sehingga seakan-akan ia masih hidup. c) Penambahan itu berupa keberkahan dalam
umur, pertolongan untuk selalu melakukan ketaatan, penggunaan waktu dalam hal
yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat dan tidak menyia-nyiakannya.
BERKAH
Berkah bukanlah cukup atau mencukupi saja, tapi berkah
itu ialah ketaatan kita kepada Allah Swt dengan segala keadaan yang ada.البركة تزيدكم في طاعة الله berkah itu ialah menambah ketaatanmu kepada Allah Swt.
Hidup yang berkah itu bukan hanya sehat, tapi terkadang
sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub AS, sakitnya menambah
ketaatannya kepada Allah Swt.
Tanah yang berkah itu bukanlah karena subur dan
panoramanya yang indah, tapi terkadang tanah yang tandus seperti Mekkah
mempunyai keutamaan di sisi Allah Swt.
Makanan yang berkah itu bukan yang komposisi gizinya
lengkap, akan tetapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi kuat dan
taat beribadah setelah amakan.
Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan
catatannya, tapi ilmu yang berkah itu ialah ilmu yang mampu menjadikan
seseorang meneteskan airmata, keringat, bahkan darah untuk beramal dan berjuang
mencapai ridho Allah Swt.
Misalnya baru dapat satu hadits kemudian diamalkan maka
itulah ilmu yang berkah.
من صلى الفجر في جماعة ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة
وعمرة
Penghasilan
yang berkah itu bukan dengan ukuran gajinya yang besar, tapi sejauhmana ia bisa
menjadi jalan rizki bagi yang lain dan banyaknya orang yang terbantu dengan
penghasilannya tersebut.
Dan
Umur yang berkah itu bukan berarti memiliki umur yang panjang. tapi banyaknya
umur yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Umur berkah itu semakin tua semakin sholeh.
Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Allah Swt.
3.
MENUNTUT ILMU
وَﻣْﻦ َﺳَﻠَﻚ َﻃِﺮْﻳﻘًﺎ َﻳْﻠَﺘِﻤُﺲ
ِﻓْﻴِﻪ ِﻋْﻠﻤًﺎ َﺳﱠﻬَﻞ اُﷲ ِﺑِﻪ َﻃِﺮْﻳﻘًﺎ ِإَﻟﻰ اْﻟَﺠﱠﻨِﺔ
Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan
baginya jalan ke syurga. Bahkan Abu Hurairoh berkata:
جُلُوْسُكَ سَاعَةً
فِي مَجْلِسِ العِلْمِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ رَكَعَة
Duduknya kalian satu jam atau sebentar saja di
majlis ilmu itu lebih baik daripada sholat 1000 rokaat.
Sekarang saya tanya, kira-kira bapak ibu sudah
pernah belum sholat dalam satu waktu 1000 rokaat?.Boro boro... sholat tawawih
aja milih masjid. Mana nih masjid yang paling cepet selesainya. Ada yang 20 ada
yang 8 rokaat. Pilih yang 8 rokaat. Saya belum pernah sholat disini, tapi saya
tahu, sholat disini pasti tarawih rakaat pertama pasti baca “alhakumuttakatsur
sama qulhu” betul nga?
Kita semua doa sama Allah semoga kita bisa
sholat tarawih di mekkah dan madinah ya bu?Di sana tarawihnya samapai jam 11
malam, tidur lagi, mulai lagi jam 01 malam untuk witir sampai jam 3 subuh.
مَنْ اَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ
الاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Siapapun yang menghendaki (keberhasilan ) dunia maka is harus
berilmu, Siapapun yang menghendaki (keberuntungan) akhirat, ia pun harus
berilmu, dan siapapun yang menghendaki keduanya, tentu ia harus berilmu.
Dengan ilmu, kita dapat menyingkap tabir kehidupan manusia dan
memahami rahasia-rahasia yang diciptakan Allah agar diungkapkan oleh manusia
demi kemajuan peradabannya. Memang benar bahwa mencari ilmu sungguh terasa amat
berat, terutama ilmu-ilmu yang dapat semakin mendekatkan diri kita kepada
Allah. Karenanya, tentu menjadi sangat benar, sabda Rasulullah SAW :
مَنْ
سَلَكَ طَرِ يْقًا يَلْتَسِمُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى
الْجَنَّةِ . رواه مسلم
Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu,
maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim)
Habib Abdullah baharun mengatakan bahwa murid dan
guru itu harus punya alaqoh kahrobaiyyah. Hubungan aliran listrik. Lampu itu
tidak akan menyala kecuali jika ada aliran listriknya. Maka seoang murid jika
ingin mendapatkan aliran listrik dari gurunya maka harus mendapatkan ridha dari
sang guru.
Alkisah ada seorang murid yang pintar sekali
ketika mesantren di rubath tarim hadromaut Yaman. Yang kala itu masih asuh oleh
habib abdullah asyyatiri, ayah dari pada almarhum habib Salim Assyatiri. Saking
pintar muridnya ini sering di undang untuk ceramah diberbagai tempat. Dan pada
suatu waktu ada undangan di sebuah kota namanya mukalla, kebetulan yang
ngundang orang kaya atau mempunyai jabatan di negeri tersebut. Setelah dia
lihat undangannya akhirnya ia tertarik untuk hadir pada acara tersebut dan niat
bolos untuk tidak hadir pada pengajian dengan habib Abdullah Asysyatiri. Maka
ketika pengajian itu di mulai, di absen satu satu muridnya dan ketika di
panggil nama si fulan, si fulan tidak ada. Kemudian ditanyakan kepada
teman-temannya, kemana sifulan. Akhirnya dikasih tau bahwa sifulan tidak hadir
kajian karena menghadiri undangan ceramah disuatu tempat. Dan kala itu hati
gurunya tersakiti dan tidak meridhoi apa yang fulan kerjakan. Dan di tempat
yang lain, si murid yang sedang berceramah di hadapan orang kaya pada saat itu
juga ilmunya hilang dan tidak bisa melanjutkan ceramahnya, karena ilmunya
hilang karena gurunya tidak ridho kepadanya.
Maka jaga hati guru kita, sering sowan kepadanya
untuk minta ridho kepadanya. Jika kita ingin pergi atau punya hajat, temuilah
untuk minta ridho agar ilmu kita berkah selalu.
KISAH SYA’BAN
Dahulu
ada seorang shahabat Nabi yang bernama Sya’ban yang beliau sangat menyesal saat
sakaratul maut. Al-Kisah Sya’ban ra ini memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke
masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok
masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya, selalu mengambil
posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang
lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh
semua orang bahkan Rasulullah sendiri.
Pada
suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa
heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun
bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak
ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.
Shalat
Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang
ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah
pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat
Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.
Selesai
shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar
Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.
Rasul
pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang
sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah
Sya’ban.
Rasulullah
sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, ia meminta
diantarkan ke rumah Sya’ban. Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban
cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan
kaki.
Akhirnya,
Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha
(kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan
salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.
“Benarkah
ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.
“Ya
benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.
“Bolekah
kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?”
ucap Rasul.
Dengan
berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi
pagi”.
“Innalilahi
Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.
Satu-satunya
penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal
menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah
ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya
dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya”
“Apa
saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.
“Dimasing-masing
teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa
tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.
ليته كان بعيدا ليته كان جديدا ليته كان كاملا
Rasulullah
SAW pun mendapatkan wahyu dan melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat
22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam”
Akhirnya
Rasulullah Saw menjelaskan: “Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut,
perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua
ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh
Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain.
Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana
kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalatb berjamah lima waktu.
Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam
tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari
langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.
Dia
melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia
melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam
diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang
didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat
saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
وكل خطوة تَمْشِيْهَا إلي الصلاة صدقةٌ (رواه مسلم)
“setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah”
كل خطوة يَخْطُوهَا إلي الصلاةِ يُكْتَبُ لَهُ بِها حَسَنَةً وَ
يُمْحَى بِهَا سَيِّئَةٌ (رواه أحمد)
“setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan
menghapus dosa’.
Saat
ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke
dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua
baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut)
di luar.
Dia
berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di
masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang lebih bagus.
Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring
yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera
membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian
dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.
Orang
itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat
berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan
memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi
“Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika
dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu
dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.
Berikutnya,
Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang
dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. ketika baru saja
ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit
roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu,
Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua rotu tersebut dengan ukuran sama
besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan
mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan
surga yang indah.
Ketika
melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban ra
kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada
pengemis tersebut, pasti dia akan mendapat surga yang lebih indah. Masya
Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak
optimal.
Komentar
Posting Komentar