KULTUM ISRA MIRAJ

 Allah SWT berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَى ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِير

Artinya: Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra’: 1)

 

Selama hampir tiga tahun, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh kaum Muslimin diboikot oleh kaum Quraisy. Kafir Quraisy sepakat untuk tidak mengadakan perkawinan, transaksi jual beli, bahkan berbicara kepada kaum Muslimin. Mereka juga sepakat untuk tidak menjenguk orang sakit dan tidak mengantarkan jenazah orang yang meninggal dunia dari kalangan kaum Muslimin.

Pada saat penderitaan Nabi memuncak, wafatlah Abu Thalib, paman Nabi yang telah melindunginya sejak kecil, setelah ditinggal oleh ibunya, Aminah, dan kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah Abu Thalib wafat, kaum Quraisy semakin leluasa menyakiti Nabi Muhammad SAW. Selang tiga hari kemudian, Sayyidah Khadijah RA, istri yang paling dicintai Nabi, juga wafat. Khadijah RA bukan hanya istri yang penuh cinta, tetapi juga sahabat yang senantiasa mendukung perjuangan Nabi, baik secara material maupun spiritual.

Tiga peristiwa besar yang terjadi secara berurutan itu sangat berpengaruh pada jiwa Nabi SAW. Beliau merasa sedih dan gundah gulana. Beban dakwah yang ditanggungnya terasa semakin berat. Oleh karena itu, para sejarawan menamai tahun itu sebagai ‘Amul Huzn (tahun kesedihan). Dalam kondisi yang penuh kesedihan ini, Allah SWT mengundang Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra dan Mi'raj.

Pada malam itu, Malaikat Jibril AS datang menjemput Nabi. Jibril membangunkan beliau dan membimbingnya keluar dari Masjidil Haram. Di luar masjid, telah menunggu kendaraan bernama Buraq, yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Tempat pertama yang disinggahi adalah Kota Madinah. Jibril berkata, “Di kota inilah engkau nanti akan berhijrah.” Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa, tempat penghentian Nabi Musa ketika melarikan diri dari Mesir, lalu ke bukit tempat Nabi Musa menerima wahyu, kemudian ke Betlehem, tempat lahirnya Nabi Isa AS. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Masjidil Aqsha di Yerusalem. Di sana, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi dan rasul.

Setelah itu, Jibril membimbing Nabi ke sebuah batu besar, yang tiba-tiba memunculkan tangga indah. Pangkal tangga berada di Baitul Maqdis, dan ujungnya menyentuh langit. Nabi Muhammad SAW bersama Jibril naik tangga tersebut menuju langit tujuh dan Sidratul Muntaha.

Di langit pertama, Nabi disambut oleh Nabi Adam AS. Di langit kedua, beliau bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Di langit ketiga, beliau bertemu Nabi Yusuf AS. Di langit keempat, Nabi bertemu Nabi Idris AS. Di langit kelima, Nabi bertemu Nabi Harun AS. Di langit keenam, beliau bertemu Nabi Musa AS. Dan di langit ketujuh, beliau bertemu Nabi Ibrahim AS.

Kemudian, Nabi dinaikkan ke Baitul Makmur, yang di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang sedang melaksanakan shalat. Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan untuk menghadap Allah SWT tanpa ditemani Jibril.

Jibril juga memperlihatkan surga kepada Nabi. Nabi melihat gedung-gedung dari intan dan mutiara, pohon-pohon dari emas, dan Al-Kautsar, yang diperuntukkan untuknya. Nabi melihat surga yang keindahannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.

Kemudian, Nabi diperlihatkan neraka, termasuk belenggu dan rantai-rantai neraka, serta kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku dari tembaga.

Setelah itu, Nabi turun ke bumi setelah meminta keringanan shalat fardhu hingga menjadi lima waktu. Nabi kembali ke Masjidil Haram sebelum waktu subuh tiba.

Ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi tantangan berat dalam dakwahnya, Allah SWT mengundangnya melalui peristiwa Isra dan Mi'raj. Peristiwa ini mengobati luka hati beliau, menghilangkan kesedihannya, dan menghibur dukanya, sehingga jiwanya kembali segar dan bahagia untuk melanjutkan tugas dakwahnya.

bagaimana bila hambatan dakwah dan penderitaan itu kita alami? Apakah kita juga bisa di-Isra’kan dan di-Mi'raj-kan seperti Nabi Muhammad SAW? Jawabannya tentu tidak. Namun, ada amalan bagi orang-orang beriman yang memiliki fungsi seperti Mi'raj, yaitu shalat.

Rasulullah SAW bersabda: "Ash-shalatu mi’rajul mu’minin" (shalat adalah mi'rajnya orang-orang yang beriman).

Ada juga ulama yang mengatakan :

قال أبو بكر الوراق رحمه الله: "رجب شهر الزرع، وشعبان شهر السقي، ورمضان شهر الحصاد"

"Abu Bakr al-Warraq berkata: Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan menyirami, dan Ramadhan adalah bulan panen."

Dan ada juga ulama yang mengatakan :

Rajab adalah bulan Takhalli, di mana kita membersihkan diri dari dosa. Sya’ban adalah bulan Tahalli, di mana kita menghiasi diri dengan amal salih. Dan Ramadhan adalah bulan Tajalli, di mana kita mencapai puncak kedekatan dengan Allah.

Ada juga ulama yang mengatakan :

رَجَبٌ شَهْرُ اْلاِسْتِغْفَارِ، وَشَعْبَانُ شَهْرُ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْقُرْآنِ

"Rajab adalah bulan istighfar, Sya’ban adalah bulan shalawat kepada Nabi SAW (Al-Mukhtar), dan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an."

dibulan sya’ban ini juga tepatnya pada tahun ke- 2 hijriyyah juga diturunkan juga ayat perintah untuk bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, pada surat Al-Ahzab ayat 56.

 إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

            “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

إِنَ أَوْلى النَّاس بِي يَوْمَ القِيَامَة أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

Sesungguhnya Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Ibnu Hibban)

أَدِمِ الصَّلَاةَ عَلىَ النَّبِي مُحَمَّدِ # فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِدُوْنِ تَرَدُّدِ # أَعْمَالُنَا بَيْنَ القَبُوْلِ وَرَدِّهَا # إِلَّا الصَّلَاةَ عَلَى النَّبِي مُحَمَّد

Perbanyaklah membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad # Karena Sholawat adalah amal yang pasti diterima tanpa ada penolakan # Semua amal kita itu diantara diterima dan ditolak # Kecuali Sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaih Wasallam....

Maka dari itu kita dianjurkan untuk banyak melakukan kebaikan di bulan ini antara lain memperbanyak ibadah puasa dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Mudah-mudahan khutbah ini bermanfaat untuk kita semuanya. Amin ya Robbal Alamin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUTBAH IEDUL FITRI 1446 H

Tujuan Hidup Manusia

Jadilah Hamba Allah bukan Hamba Ramadhan