RAJAB BULAN TAUBAT DAN ISRA MI’RAJ
Jika kita renungkan, hampir setiap bulan dalam kalender Islam memiliki nilai sejarah yang penting. Misalnya, bulan Muharram mengingatkan kita pada peristiwa hijrah. Bulan Ramadan menghadirkan momentum turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an). Bulan Dzulhijjah mengingatkan kita pada peristiwa Idul Adha, sedangkan bulan Syawal membawa kita pada Idul Fitri. Di bulan Rabi’ul Awal, kita mengenang Maulid Nabi, dan ketika tiba bulan Rajab, kita diajak meresapi kebesaran Allah melalui peristiwa Isra dan Mi'raj. Allah SWT berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ
ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَى ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ
لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِير
Artinya: Maha Suci
Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra’: 1)
Keistimewaan Isra Mi'raj
terletak pada pembuka ayat yang dimulai dengan kalimat
"Subhanalladzi" (Maha Suci Allah). Allah menyucikan diri-Nya untuk
menjamin kebenaran peristiwa ini, menegaskan bahwa Isra Mi'raj bukanlah
peristiwa biasa. Selanjutnya, penggunaan kata asra (memperjalankan)
menunjukkan bahwa Allah SWT adalah pelaku aktif dalam peristiwa tersebut,
sedangkan Nabi Muhammad SAW adalah pihak yang diperlakukan, yaitu
diperjalankan.
Allah menggunakan kata ‘abdihi
(hamba-Nya) untuk merujuk pada Nabi Muhammad SAW, bukan menyebut namanya
langsung. Hal ini mengandung dua makna:
Kata ‘abdihi
menegaskan bahwa Isra dan Mi'raj dilakukan oleh Nabi dengan jasad dan ruhnya
sekaligus. Kata ini juga menunjukkan pengakuan Allah
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba-Nya yang sejati. Tidak semua manusia yang
mengaku sebagai hamba Allah diakui oleh Allah, karena banyak di antara mereka
yang sejatinya menjadi hamba dunia, nafsu, atau materi.
Di sepanjang perjalanan
Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW diperlihatkan berbagai tanda kebesaran Allah.
Misalnya, beliau melihat orang yang mencakar-cakar wajahnya sendiri sebagai
gambaran umat yang suka menjelekkan saudaranya. Nabi juga melihat orang yang
lidahnya dipotong sebagai simbol orang yang gemar membuat fitnah. Sebaliknya,
Nabi menyaksikan orang yang bercocok tanam dan langsung memetik hasilnya, yang
menggambarkan umat yang gemar bersedekah.
Salah satu keistimewaan
peristiwa Isra Mi'raj adalah turunnya perintah shalat. Berbeda dengan ibadah
lainnya, seperti puasa, zakat, dan haji yang diturunkan di bumi, perintah
shalat diberikan langsung di langit ketika Nabi dipanggil ke hadirat Allah SWT.
Shalat adalah bentuk mi'raj bagi orang beriman, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: “Ash-shalatu mi’rajul mu’minin” (Shalat adalah mi'rajnya
orang-orang beriman).
Ma’asyirol Muslimin
Rahimakumullah
Para ulama juga
mengatakan bahwa bulan Rajab ini adalah bulan taubat dan istighfar.
رَجَبٌ شَهْرُ اْلاِسْتِغْفَارِ،
وَشَعْبَانُ شَهْرُ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ
الْقُرْآنِ
"Rajab adalah bulan istighfar, Sya’ban adalah bulan shalawat kepada
Nabi SAW (Al-Mukhtar), dan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an."
Di antara bacaan istighfar yang yang diajarkan Rasulullah Saw adalah:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ
وَتُبْ عَلَيَّ
"Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, dan terimalah
tobatku."
Di baca sebanyak 70 kali
setiap pagi dan sore hari selama bulan Rajab.
قال إِبْلِيسُ: أَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوبِ فَأَهْلَكُونِي بِلاَ
إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ
Iblis berkata: "Aku menghancurkan manusia dengan dosa-dosa, tetapi
mereka menghancurkanku dengan la ilaha illallah dan istighfar."
Hakikat dari istigfar itu adalah taubatnya seorang hamba kepada Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ،
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku saja bertaubat
kepada Allah seratus kali setiap hari." (HR. Muslim)
Rasulullah tidak pernah melakukan
dosa karena beliau ma’sum, tetapi kenapa beliau bertaubat? Itu karena dua hal
yaitu untuk meninggikan derajat beliau di sisi Allah dan yang kedua adalah
untuk memberikan contoh kepada ummatnya yang memang tidak pernah luput dari
perbuatan dosa. Karena :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Semua bani Adam pernah melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertobat. (HR.
Ibnu Majah).
Sebagai kesimpulan, peristiwa Isra dan Mi'raj adalah momen penuh
pelajaran keimanan, ilmu, dan amaliyah. Melalui Isra dan Mi'raj, kita diajak
untuk memahami kebesaran Allah SWT dan pentingnya ketundukan seorang hamba
kepada-Nya. Turunnya perintah shalat sebagai inti dari Mi'raj Rasulullah SAW
menegaskan bahwa shalat adalah hubungan langsung seorang hamba dengan Tuhannya,
sebuah bentuk penghambaan dan mi'rajnya orang-orang beriman.
Bulan Rajab, sebagai bulan istighfar, menjadi kesempatan emas bagi kita
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui taubat dan permohonan ampun.
Rasulullah SAW, meskipun ma’sum, tetap memperbanyak istighfar untuk memberikan
teladan kepada umatnya. Ini mengajarkan kita bahwa taubat adalah kunci
keberkahan hidup, dan istighfar adalah senjata melawan godaan Iblis. Semoga mendapatkan kemulian Ramadhan
dan mendapatkan kemuliaan lailatul qadar, Amin ya Robbal Alamin.
Komentar
Posting Komentar