CERAMAH KHUSYU DALAM SHALAT
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الحَمْدُ
لِلَّهِ الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا،
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا، وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا
وَقَمَرًا مُنِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ الله الَّذِي بَعَثَهُ بِالحَقِّ بَشِيْرًا وَ نَذِيْرًا، وَ
دَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَ سِرَاجًا مُنِيْرًا. اللهم صَلِّ عَلىَ
سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ آلهِ وَصحبِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
قال
الله تعالى : أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ
اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا
سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا وقال تعالى : وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيْمُ وَبَلَّغَ النَّبِيُ الكَرِيْمُ وَ نَحْنَ عَلَى ذلِكَ مِنَ
الشَّاهِدِيْنَ وَ الشَّاكِرِيْنَ وَ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
اَمَّا
بَعْدُ:حَضْرَةَ المُكَرَّمِيْنَ وَ المُحْتَرَمِيْن رحمكم الله
Dari hati yang paling
dalam marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah swt., Allah yang
maha pengasih yang kasihnya tak pilih kasih, Allah yang maha penyayang
yang sayangnya tiada terbilang. Dimana
pada detik ini masih menghamparkan nikmat kepada kita, Alhamdulillah. diantaranya nikmat
Iman,
Islam, ni’mat
sehat walafiat, panjang umur, sehingga kita dapat hadir ditempat yang insya
Allah pernuh dengan berkah ini.
Mudah-mudah kita semua
yang hadir pada acara ini mendapatkan berkah, keluarga makin sakinah,
anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, rizikinya melimpah ruah,
mudah-mudahan kita bisa umroh ke baitullah mekkah, bisa ziarah kemakan
Rasulullah di Madinah, mudah-mudah kita Istiqomah sampai akhir hayat dan mati
husnul khotimah dan masuk surga tanpan
hisab dengan mendapat syafaat dari baginda nabi besar Muhammad Saw. Amin
Ya Robbal Alamin.
الخشوع
هو وسكون الجوارح مع حضور القلب مع استحضار معان ما يقرؤه
Definis khusu’ adalah tenang, tentram anggota anggota tubuh beserta
hadirnya hati.
Artinya daripada tenang,
tentram anggota anggota tubuh adalah tubuh tidak bergerak kecuali pada hal hal
yang diperintahkan dan maksud dari pada hudurul qolbi atau hadir hati adalah :
ان لا يتفكر إلا في معنى ما يقول من قراءة أو ذكر أو دعاء
Yaitu tidak memikirkan
kepada selain makna yang ia baca baik ketika baca al-Quran, dzikir atau ketika
doa.
Contohnya adalah ketika
membaca doa iftitah :
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمآوَاتِ وَالأَرْضَ
Kuhadapkan mukaku kepada Dzat yang menjadikan
langit dan bumi.
Yang dimaksud dengan ‘muka’ bukanlah muka
dzahir yang sama arti dengan wajah yang secara fisik menghadap ke arah kiblat.
Tetapi muka bathin yang menghadap ke Allah swt. Karena pada hakikatnya yang
memiliki kemampuan melihat Allah dan mengenalnya bukanlah mata dzahir, tetapi
mata bathin. Setelah melapor atas kehadirannya orang yang shalat kemudian
melakukan pengakuan akan kelemahan dan kepasrahan yang berbunyi:
حَنِيْفًا
مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
…dengan
condong dan berserah diri, dan aku
bukanlah termasuk orang musyrik.
إِنَّ
صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، لاَشَرِيْكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku hanya milik Allah Rabbil Alamin, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku
diperintah, dan aku termasuk orang muslim.
Begitu juga ketika membaca
surat fatihah dan doa
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى
وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى
Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, penuhilahkebutuhanku,
berilah aku petunjuk dan berilah aku rezeki (Abu Dawud)
Menurut imam alghazali
bahwa khusu’ itu merupakan sahnya shalat. Maksudnya adalah jika orang tidak
khusu’ shalatnya maka bukan saja tidak diterima shalatnya akan tetapi tidak
sah.
Para ulama yang lain
mengatakan bahwa khusu’ itu hukumnya sunah muakkadah. Maksudnya jika ia tidak
khusu’ maka shalatnya sah tapi dianggap tidak berpahala. Karena khusu’ itu
adalah ruhussholah atau ruhnya sembahyang. Ayam itu berharga kalau masih ada
ruhnya, akan tetapi kalau ayam bangkai tidak berharga dan di buang orang.
Sholat yang bernilai disisi Allah itu adalah sholat yang ada khusunya kalau
tidak ada khusu’ dibuang oleh Allah Swt.
Rasululloh shallallahu
a'laihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لو أنَّ نَهْرًا ببَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ
منه كُلَّ يَومٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هلْ يَبْقَى مِن دَرَنِهِ شيءٌ؟ قالوا: لا
يَبْقَى مِن دَرَنِهِ شيءٌ، قالَ: فَذلكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو
اللَّهُ بهِنَّ الخَطَايَا.
"Bagaimana menurut
kalian kalau ada sebuah sungai di depan rumah salah seorang di antara kalian
dan ia mandi di sungai tersebut lima kali setiap hari, apakah ia masih
mempunyai kotoran?"
Sahabat
berkata:"Tidak ada lagi kotoran sedikitpun".
Lalu Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Demikianlah perumpamaan shalat
lima waktu yang mana dengannya Allah membersihkan kesalahan-kesalahan
(dosa)." (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan Ibnul Arobiy rohimahullah
berkata:
"Adapun letak
kemiripan dari perumpamaan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas
adalah karena daki dan kotoran tidak akan ada kalau dibasuh dengan air dalam
jumlah besar (sungai) apalagi jika dilakukan berulang kali, demikian juga dosa
dan kesalahan pasti akan hilang kalau ia selalu dibersihkan dengan
shalat."
Apa pengaruh 17 rakaat?
Pertama, 17 Rakaat akan
melahirkan sosok pribadi yang jujur, bisa dipercaya, teguh, dan pandai
menjaga amanat. Seseorang yang melaksanakan 17 rakaat walaupun
tidak disaksikan oleh orang lain, dia tidak akan korupsi rakaat.
Kedua, 17 rakaat ini akan menjadikan manusia
bersikap tawadhu, rendah hati dan tidak sombong. Anggota badan kita yang paling
terhormat yaitu kepala harus sejajar dengan telapak kaki kita dalam keadaan
sujud. Orang yang tidak tawadhu akan menjadi fir’aun dan qorun gaya baru. Ketika
orang bertanya kepada qorun ? Hartamu begitu banyak, dari mana engkau dapatkan
wahai qorun? Dia menjawab: hartaku adalah usahaku dan tidak ada hubungannya
dengan tuhan.
Ketiga, 17 Rakaat itu membentuk sikap disiplin.
Shalat tepat waktu dan pada waktunya.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Apabila kamu telah
menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya),
baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa
aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu
merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.
Keempat, 17 rakaat itu membentuk kepribadian
sabar. Kalau shalat isya 4 rakaat, baru 2 rakaat tidak boleh berhenti. Harus
sabar dan sampai tuntas. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam bekerja maupun
belajar.
Kelima, 17 rakaat membentuk sikap ikhlas maka ketika kita baru memulai shalat kita
membaca :
ان
صلاتي و نسكي و محيايا و مماتي لله رب العالمين
“Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku,
semata-mata untuk Allah Swt.”
Maka dari itu dapat penghargaan atau tidak
dapat kalau itu suatu kewajibannya maka harus dijalankan. Dengan 17 Rakaat mudah-mudahan bisa menjadikan manusia yang jujur,
tawadhu, disiplin, sabar
dan ikhlas.
Komentar
Posting Komentar